Nih, Bedanya Safety Driving dan Defensive Driving
Foto:
Jakarta - Ir. Bintaro Agung, Presiden Direktur IDDC menjelaskan,"menurut data yang ada, terdapat 11.000 angka kecelakaan di tahun 2011. Sebanyak 85% di seluruh dunia kecelakaan disebabkan oleh human error," bukanya.
Indonesia mendapatkan prosentasinya sebanyak 97%. Crash facts pun terjadi karena adanya human factor serta defensive factor. Maka itu pentingnya seorang pengemudi memahami apa yang dimaksud dengan defensive driving.
Sebenarnya, apa sih bedanya antara Defensive Driving dengan Safety Driving? Defensive Driving adalah cara untuk selalu berpikir jauh kedepan dan selalu siap terhadap apapun yang mungkin terjadi dalam berkendara.
Sedangkan Safety Driving adalah mengemudi dengan keahlian dan pengalaman yang tinggi ditambah dengan sikap yang baik serta konsentrasi yang berkesinambungan.
Para pengemudi, juga harus mengingat empat kunci untuk menjadi pengemudi yang defensive. Alertness (kewaspadaan), Awareness (kesadaran), Attitude (Sikap, mental) serta Anticipation ( antisipasi, menjaga segala kemungkinan).
Hendaknya sebelum melakukan perjalanan, Pre Trip Inspections (Pengecekkan Pada Kendaraan). Jangan melihat hal ini sebagai hal sepele dan malas untuk dilakukan. Karena hal kecil bisa berakibat fatal bila diremehkan. Seperti pengecekkan bodi luar mobil, spion, kondisi ban serta tekanan angin.
Masuk ke dalam kabin, posisi duduk serta sandaran kepala juga harus diperhatikan dengan betul. Serta dashboard juga harus terhindar dari banyak barang yang mengganggu pandangan pengemudi.
Sabuk pengaman juga harus selalu dikenakan untuk keselamatan berkendara. Spion juga harus disesuaikan dengan jarak pandang. Serta posisi tangan pada jam 9 dan jam 3 yang tak boleh dilupakan.
Faktor kecelakaan terjadi kebanyakan karena adanya human error yang terkait dengan blind spot. Blind spot sendiri adalah keterbatasan pandangan pengendara terhadap bantuan dalam mengemudi (pandangan jauh sekeliling, spion, dll).
Ketika melaju tetap ada panduan berupa sistem yang membantu pengendara mengambil keputusan tepat dalam mengurangi resiko. Dinamakan SIPDE Process yang merupakan Search/Scan (memperhatikan daerah yang terlihat 20"-30" ke depan).
Identify (mengenali objek dalam radius 200-250 m dalamkecepatan 60 km/jam. Predict (perkiraan aksi atau perubahan yang terjadi di jalan raya atau sekitar 5"-12" ke depan). Decide (memutuskan tindakan 4"-5" kedepan) dan Execute (melakukan keputusan 4" sebelumnya).
Pembekalan yang diberikan terasa begitu penting dan mengena, ketika disajikan juga video-video kecelakaan yang nyata serta merenggut nyawa di tempat. Membuktikan pentingnya memahami secara betul teknik dalam berkendara yang aman dan juga efisien.
Kolaborasi ini merupakan kerjasama perdana antara Proton dan IDDC. Membuktikan bahwa hal mendasar dalam berkendara masih ada diangkat oleh pabrikan mobil demi pemahaman dan keselamatan berkendara bagi konsumen. (mobil.otomotifnet.com)
Indonesia mendapatkan prosentasinya sebanyak 97%. Crash facts pun terjadi karena adanya human factor serta defensive factor. Maka itu pentingnya seorang pengemudi memahami apa yang dimaksud dengan defensive driving.
Sebenarnya, apa sih bedanya antara Defensive Driving dengan Safety Driving? Defensive Driving adalah cara untuk selalu berpikir jauh kedepan dan selalu siap terhadap apapun yang mungkin terjadi dalam berkendara.
Sedangkan Safety Driving adalah mengemudi dengan keahlian dan pengalaman yang tinggi ditambah dengan sikap yang baik serta konsentrasi yang berkesinambungan.
Para pengemudi, juga harus mengingat empat kunci untuk menjadi pengemudi yang defensive. Alertness (kewaspadaan), Awareness (kesadaran), Attitude (Sikap, mental) serta Anticipation ( antisipasi, menjaga segala kemungkinan).
Hendaknya sebelum melakukan perjalanan, Pre Trip Inspections (Pengecekkan Pada Kendaraan). Jangan melihat hal ini sebagai hal sepele dan malas untuk dilakukan. Karena hal kecil bisa berakibat fatal bila diremehkan. Seperti pengecekkan bodi luar mobil, spion, kondisi ban serta tekanan angin.
Masuk ke dalam kabin, posisi duduk serta sandaran kepala juga harus diperhatikan dengan betul. Serta dashboard juga harus terhindar dari banyak barang yang mengganggu pandangan pengemudi.
Sabuk pengaman juga harus selalu dikenakan untuk keselamatan berkendara. Spion juga harus disesuaikan dengan jarak pandang. Serta posisi tangan pada jam 9 dan jam 3 yang tak boleh dilupakan.
Faktor kecelakaan terjadi kebanyakan karena adanya human error yang terkait dengan blind spot. Blind spot sendiri adalah keterbatasan pandangan pengendara terhadap bantuan dalam mengemudi (pandangan jauh sekeliling, spion, dll).
Ketika melaju tetap ada panduan berupa sistem yang membantu pengendara mengambil keputusan tepat dalam mengurangi resiko. Dinamakan SIPDE Process yang merupakan Search/Scan (memperhatikan daerah yang terlihat 20"-30" ke depan).
Identify (mengenali objek dalam radius 200-250 m dalamkecepatan 60 km/jam. Predict (perkiraan aksi atau perubahan yang terjadi di jalan raya atau sekitar 5"-12" ke depan). Decide (memutuskan tindakan 4"-5" kedepan) dan Execute (melakukan keputusan 4" sebelumnya).
Pembekalan yang diberikan terasa begitu penting dan mengena, ketika disajikan juga video-video kecelakaan yang nyata serta merenggut nyawa di tempat. Membuktikan pentingnya memahami secara betul teknik dalam berkendara yang aman dan juga efisien.
Kolaborasi ini merupakan kerjasama perdana antara Proton dan IDDC. Membuktikan bahwa hal mendasar dalam berkendara masih ada diangkat oleh pabrikan mobil demi pemahaman dan keselamatan berkendara bagi konsumen. (mobil.otomotifnet.com)